Selasa, 05 Oktober 2010

SBY: Jangan Jadikan Islam Tameng untuk Benarkan Terorisme

SBY: Jangan Jadikan Islam Tameng untuk Benarkan Terorisme

Jakarta (SIB)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta umat Islam meluruskan pemahaman yang keliru terhadap tafsir Alquran dan Hadis. Ia mengimbau jangan jadikan Islam sebagai tameng pembenaran ajaran terorisme. “Jangan biarkan generasi muda kita menafsirkan makna jihad di dalam Alquran secara keliru, sebagai jalan kekerasan dan menghalalkan segala cara,” ujar Presiden SBY. Hal itu disampaikan SBY dalam acara Silaturahmi Musabaqah Tilawatil Quran dan Hadis Tingkat ASEAN dan Pasifik di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (4/10). “Janganlah menjadikan ajaran Islam sebagai tameng untuk membenarkan tindakan terorisme. Islam itu damai, Islam itu teduh, Islam itu cinta keadilan,” tegas SBY.
SBY juga menambahkan agar siapa pun tidak boleh mengatasnamakan agama sebagai instrumen untuk melakukan tindak kekerasan dan teror. Memperjuangkan Islam, imbuhnya, perlu dilandasi dengan perilaku yang baik. “Bukan sebaliknya, tindakan yang tidak Islami,” tuturnya.
Silaturahmi ini selain dihadiri oleh beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II seperti Mendiknas M Nuh, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Agama Suryadharma Ali, juga duta besar beberapa negara Islam dari Timur Tengah.
PRESIDEN: AGAMA BUKAN INSTRUMEN TEROR
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa agama bukanlah instrumen atau dasar bagi siapapun juga untuk melakukan tindak kekerasan dan teror.
“Siapapun tidak boleh mengatasnamakan agama sebagai instrumen untuk melakukan tindak kekerasan dan teror,” kata Presiden.
Presiden Yudhoyono berharap jangan sampai generasi muda menafsirkan makna jihad di dalam Al Quran secara keliru.
Penafsiran keliru itu, kata Kepala Negara, adalah mengartikan jihad sebagai jalan kekerasan dan menghalalkan segala cara.
“Janganlah menjadikan ajaran Islam sebagai tameng untuk membenarkan tindakan terorisme,” kata Yudhoyono.
Generasi muda, menurut Presiden, seharusnya memaknai jihad sebagaimana mestinya, yaitu jihad melawan hawa nafsu, kemiskinan, keterbelakangan, perilaku korupsi, dan jihad untuk kesejahteraan bangsa dan negara.
Presiden menegaskan bahwa Islam itu damai dan teduh. Islam adalah agama yang cinta keadilan dan selalu menganjurkan kasih sayang, serta menjauhi permusuhan.
Melalui Al Quran, Islam mencegah perbuatan yang keji dan mungkar, katanya.
“Al Quran dan Hadits juga mengajarkan kepada kaum Muslimin untuk memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur yang mulia, etika kehidupan yang baik, serta tata hubungan sosial yang harmonis dan bermartabat,” kata Presiden.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Y. M. Dr. Sholeh bin Abdullah bin Humaid yang juga utusan resmi Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su’ud, Duta Besar Kerajaan Arab Saudi, dan para duta besar negara-negara sahabat untuk Indonesia. (detikcom/Ant/s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar