Jumat, 17 September 2010

Upaya Memberhentikan Letusan Gunung Berapi Sinabung Seluruh “Guru Sibaso” se-Tanah Karo akan Dikumpulkan Membuat Acara Ritual di Kaki Gunung


Upaya Memberhentikan Letusan Gunung Berapi Sinabung Seluruh “Guru Sibaso” se-Tanah Karo akan Dikumpulkan Membuat Acara Ritual di Kaki Gunung

Posted in Marsipature Hutanabe by Redaksi on September 17th, 2010
* Sebab, Dinas dan Pakar Terkait Belum Bisa Memberi Jawaban Bagaimana Aktivitas Sinabung ke Depan

T Karo (SIB)
Salah satu upaya memberhentikan letusan gunung berapi Sinabung yang sampai saat ini terus mengeluarkan letusan asap tebal, debu panas dan belerang, maka sejumlah masyarakat merencanakan mengadakan acara ritual tradisional Karo “persembahen” (minta maaf-red) kepada “penghuni” Gunung Sinabung. Acara ritual ini diakui sejumlah warga dari beberapa desa yang berada di kaki gunung tersebut kepada SIB ketika, Rabu (15/9) melakukan investigasi ke berbagai desa di lereng Gunung Sinabung paska letusan dahsyat yang terjadi berkali-kali sejak kejadian pertama kali ketika mengeluarkan asap tebal, debu dan belerang, Jumat (27/9) sekitar pukul 17.30 WIB.
Seperti dikatakan D Tarigan warga Batukarang Kecamatan Payung, P Sembiring Depari warga Desa Kutarayat Kecamatan Namanteran, Rabu (15/9) kepada SIB bahwa, rencana akbar ritual tersebut diupayakan sejumlah warga dari berbagai desa di radius 6 kilometer dari gunung dengan mengumpulkan seluruh “guru sibaso” (dukun besar-red) yang ada di Tanah Karo karena sampai saat ini, dinas/pakar terkait belum dapat mengatakan bagaimana aktivitas Gunung Sinabung ini ke depan.
Sebelum acara akbar yang akan direncanakan dalam waktu dekat ini, sejumlah acara ritual serupa juga telah dilakukan sejumlah dukun desa dengan semedi dan melepas ayam putih atau kambing ke lereng gunung sebagai wujud permintaan maaf atas kesalahan yang dilakukan warga secara sengaja atau pun tidak sengaja.
Ditambahkan sejumlah warga yang berjaga-jaga di desa-desa yang kini sepi dan lengang di lereng gunung ini bahwa, rencana ini sebagai acara tradisional yang sudah puluhan tahun diabaikan. Mungkin karena masyarakat pada umumnya sudah menganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun karena situasi gunung tetap belum normal dan terus mengeluarkan asap tebal dan debu panas serta pihak terkait pun bahwa bisa memastikan apakah aktivitas gunung ini akan segera berhenti atau kapan berhentinya-, membuat rencana ini muncul dari berbagai warga.
“Aparat terkait atau pun pakar terkait tidak mungkin hanya berkata “terkecoh” dengan letusan gunung berapi Sinabung yang sejak awal mengatakan tidak akan meletus. Bahkan malam pertama puluhan ribu mengungsi ke jambur-jambur, tidak satu-dua kali aparat dan pemimpin terkait di Tanah Karo menyuruh pengungsi segera pulang ke desa-desa dengan alasan tidak ada apa-apa dengan alasan Gunung Sinabung adalah gunung berapi type B dan hanya mengeluarkan letusan uap air.
Ternyata, menjelang tengah malam Gunung Sinabung yang sebelumnya para pakar dan dinas terkait mengatakan tidak akan meletus dengan alasan karena Gunung Sinabung gunung berapi type B, “terkecoh” dan sempat tidak berani bertatap muka lagi dengan warga pengungsi yang sebelumnya menyuruh warga kembali meninggalkan tempat pengungsian,” ujar Darwis Tarigan warga Kecamatan Payung dan sejumlah warga lainnya yang mengungsi ke desa Singgamanik Kecamatan Munte.
Sejak letusan itu, gunung berapi Sinabung yang sejak awal disebut type B, spontanitas berubah menjadi type A. Gejala ini bahwa, dinas/pakar terkait belum mampu memberikan kepastian bagaimana aktivitas gunung berapi ini ke depan kecuali hanya memberikan status “AWAS” radius 6 kilometer. Tentu ini belum memberi rasa aman dan tenang bagi puluhan ribu warga desa yang sampai saat ini masih mengungsi di berbagai jambur atau di tempat sanak-saudara di berbagai tempat.
“Jadi itulah landasan dan motivasi sejumlah warga desa berinisiatif mengadakan acara ritual akbar dengan mengumpulkan semua “guru sibaso” yang ada di Tanah Karo ini. Kalau pun ini salah, tentu dapat dimaklumi. Karena informasi bagaimana aktivitas ke depan gunung berapi ini belum ada penjelasan tertulis dari pihak terkait khususnya dari bupati Tanah Karo. Kami pun tidak ingin terus mengungsi, diberi makan dan tidur berjejal-jejal di jambur-jambur pengungsian,” ujar sejumlah warga.
Apakah asap dan debu yang disemburkan gunung berapi ini mengandung racun atau tidak, juga belum ada pemberitahuan kepada warga.
“Untuk memastikan apakah sayur-mayur dan buah yang terkena asap dan debu dari semburan gunung berapi itu terkena racun sebaliknya segera diperiksa ke laboratorium. Hasilnya sampaikan kepada masyarakat dan publik. Itu gunanya kita berkoordinasi. Sebab masalah ini bukan hanya masalah Pemkab Karo atau bupati sendiri. Tapi seluruhnya menjadi beban dan tanggung jawab seluruh rakyat Tanah Karo dan masyarakat luas lainnya,” ujar Ferianta Purba SE, Wakil Ketua DPRD Tanah Karo dalam rapat koordinasi pertama pihak DPRD Karo dengan Pemkab Tanah Karo dan dihadiri Dinas terkait dari Pemprovsu, Rabu (15/9) di kantor bupati Karo, Kabanjahe.
Senada dengan itu di tempat terpisah juga disampaikan Ketua DPRD Tanah Karo non aktif Siti Aminah Br Perangin-angin SE bahwa, hal yang sangat urgen Dinas Pertanian dan Perkebunan Tanah Karo serta Dinas Peternakan Tanah Karo mengklarifikasi isu-isu negatif yang merugikan kehidupan petani Tanah Karo. (M37/x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar