Kamis, 07 April 2011

Jaringan Nusantara Anggap Informasi WikiLeaks Sumir

Jakarta – Wakil Ketua Jaringan  Nusantara (JN) yang juga pengamat intelijen Dinno Cresbon mengtakan, Harian The Age,  yang  memuat berita utama tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak berdasar dan sumir.

“Laporan itu tidak ada sumber yang jelas dan hanya mengada-ada,” kata Dinno kepada wartawan di Jakarta, Jum’at (11/3).

Lebih lanjut Dinno menjelaskan,  pemberitaan miring tentang Presiden SBY yang diangkat media Australia tersebut tidaklah berdasarkan kebenaran, terlebih karena bersumber dari Wikileaks.

"Pemberitaan ini kita ketahui bersumber dari Wikilekas dan kita tahu bahwa Wikileaks telah banyak membuat berita hampir di setiap negara. Kita pun tahu kredibilitas Wikilekas sulit dipertanggungjawabkan secara hukum," ujarnya.

Secepatanya, lanjut Dinno, pemerintah  harus meminta keterangan dari Kedutaaan Besar AS di Jakarta untuk memberikan penjelasan kepada publik agar permasalahan ini tuntas.


"Kalau tidak secepatnyameminta keterangan pada Dubes AS di Jakarta, permaslahan ini akan meresahkan publik,” kata Dinno.

Diberitakan sebelumnya, kawat-kawat diplomatik tersebut, yang diberikan WikiLeaks khusus untuk The Age, juga mengatakan, Yudhoyono secara pribadi telah campur tangan untuk memengaruhi jaksa dan hakim demi melindungi tokoh-tokoh politik korup dan menekan musuh-musuhnya serta menggunakan badan intelijen negara demi memata-matai saingan politik dan, setidaknya, seorang menteri senior dalam pemerintahannya sendiri.

Dalan laporan diplomatik AS yang dimuta di wekelaekst tersebut juga mneyebutkan, tersebut mengatakan, segera setelah menjadi presiden pada tahun 2004, Yudhoyono mengintervensi kasus Taufik Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Yudhoyono dilaporkan telah meminta Hendarman Supandji, waktu itu Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus, menghentikan upaya penuntutan terhadap Taufik Kiemas untuk apa yang para diplomat AS gambarkan sebagai "korupsi selama masa jabatan istrinya".

Pada Desember 2004, kedutaan AS di Jakarta melaporkan bahwa salah satu informan politiknya yang paling berharga, yaitu penasihat senior Yudhoyono sendiri, TB Silalahi, sudah menyarankan Hendarman Supandji yang telah mengumpulkan "cukup bukti tentang korupsi Taufik Kiemas untuk menangkap Taufik".

Namun, Silalahi, salah seorang kepercayaan Yudhoyono di bidang politik, mengatakan kepada kedutaan AS bahwa Presiden "secara pribadi telah memerintahkan Hendarman untuk tidak melanjutkan kasus Taufik". Tidak ada proses hukum yang diajukan terhadap Taufik, seorang tokoh politik berpengaruh yang kini menjadi Ketua MPR. (Icahn/dwi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar